Tugas Softskill B.Indonesia 2
Dunia telah berubah, mau tidak mau remaja harus
mengikutinya. Mengikuti, bukan berarti kita mau melakukan apapun tetapi kita harus
selektif memilih dan memilahnya. Kendalanya adalah kadang kita dikatakan nggak
gaul kalau nggak mengikuti
dan orang tua serta masyarakat akan menilai kita anak nakal kalau
kita berlebihan mengikutinya. Remaja
harus pandai menempatkan diri dalam pergaulan yang serba modern seperti saat
ini
Perkembangan ukuran dan bentuk tubuh beserta organ
special yang menyertai sering kali
menyita pikiran remaja di masa-masa remaja ini. Pertanyaan – pertanyaan
menggunung disekitar perkembangan fisik dan psikologis remaja. Cantikkah saya?
Normalkah ukuran tubuh saya? Menarikkah saya? Adalah contoh
pertanyaan-pertanyaan pada diri remaja. Sebenarnya yang disebut ”normal” atau
”ideal” itu ukurannya apa? Dan siapa yang berhak untuk ngasih batasan? Asal
kita tahu, citra diri kita termasuk citra pribadi kita enggak dinilai dari hal ini. Namun
menyangkut perilaku positif dan bertanggung jawab di mana aspek biologis
(perasaan suka dan disukai)), aspek psikologis (menggunakan perasaan dan
pikiran), dan aspek sosial di mana norma-norma yang ada ikut memengaruhi dalam
satu kesatuan. Setiap orang adalah unik. Spesial atau enggaknya bukan
ditentukan oleh bentuk dan ukuran tubuh yang kita miliki. Namun menyangkut
perilaku yang kita tunjukkan dan bagaimana kita menempatkannya.
Putuskan untuk menunggu
Kita semua pasti sudah tahu konsekuensi yang kita
tanggung kalau melakukan hubungan seks sebelum nikah. Dalam keyakinan apa pun
hal ini merupakan perbuatan dosa dan bisa menimbulkan kehamilan di luar nikah.
Sementara jika dilihat secara biologis, psikologis, sosial, dan ekonomi hampir
dipastikan seusia kita belum siap menjadi ayah dan ibu. Apalagi jika dilakukan
secara enggak aman, maka akan berpotensi terhadap penularan HIV/AIDS dan
infeksi menular seksual (IMS) lainnya. Dalam pertemanan atau di lingkungan kita
pun bisa menjadi enggak percaya diri (pe-de) lagi dalam pergaulan. Perlu juga
dipikirkan, bagaimana dengan kesempatan untuk sekolah atau berkarier demi masa
depan kita? Coba renungkan, betapa banyak konsekuensi yang harus kita tanggung.
Sementara jika kita menunda hubungan seks hingga
saat yang sah (dalam perkawinan), kita dapat menghitung keuntungan-keuntungan
yang bisa didapat.
(1) Kesempatan untuk menikmati hidup dan
merencanakan masa depan
Dengan menunda hubungan seks memberikan kita lebih banyak waktu untuk
menikmati hidup, bermain bersama teman-teman, belajar tentang mengenal lawan
jenis, belajar tentang menyiapkan diri untuk pernikahan, dan dapat menyiapkan
diri untuk meraih masa depan yang baik.
(2) Terhindar dari stres
Tentu saja. Kita enggak perlu stres setiap hari memikirkan apakah pacar
kita akan hamil atau enggak. Kita enggak perlu memikirkan bagaimana kalau kita
enggak perawan lagi. Atau enggak perlu memikirkan apakah kita terkena HIV/AIDS
serta infeksi menular seksual lainnya.
(3) Lebih percaya diri (pe-de)
Kita lebih yakin dengan konsep diri kita. Bangga dan menjadi percaya diri.
Dengan memandang diri lebih positif akan membantu kita untuk memandang orang
lain secara positif, termasuk hubungan yang kita bangun. Kita menjadi percaya
diri karena melakukan hal-hal positif dan merasakan kebahagiaan dan kepuasan
hidup.
(4) Membuat hidup lebih sehat
Menunda hubungan seks menghindari risiko penyakit dan kerusakan terhadap
tubuh kita. Kita dapat menjaga tubuh kita dan orang lain dari penyakit dan
kerusakan. Jadi, kalau tubuh sehat kita dapat melakukan aktivitas secara baik
dan menyenangkan.
Jawa Pos, menuliskan bahwa salah satu sebab kanker serviks pada wanita adalah
karena menikah diusia dibawah 18 tahun. Usia kalian baru 12-15 tahun, jadi sepantasnyalah
kalau belajar untuk meraih cita-cita, hidup berprestasi dalam menyongsong masa
depan adalah yang utama bagi remaja. Itu sebabnya mengapa menunda hubungan seks
kita katakan sebagai sebuah pilihan smart.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar