Senin, 13 Mei 2013

MENUNDA PERNIKAHAN DINI, PILIHAN YANG SMART


Tugas Softskill B.Indonesia 2

Dunia telah berubah, mau tidak mau remaja harus mengikutinya. Mengikuti, bukan berarti kita mau melakukan apapun tetapi kita harus selektif memilih dan memilahnya. Kendalanya adalah kadang kita dikatakan nggak gaul kalau      nggak mengikuti dan orang tua serta masyarakat akan menilai kita anak nakal kalau kita berlebihan mengikutinya.         Remaja harus pandai menempatkan diri dalam pergaulan yang serba modern seperti saat ini
Perkembangan ukuran dan bentuk tubuh beserta organ special  yang menyertai sering kali menyita pikiran remaja di masa-masa remaja ini. Pertanyaan – pertanyaan menggunung disekitar perkembangan fisik dan psikologis remaja. Cantikkah saya? Normalkah ukuran tubuh saya? Menarikkah saya? Adalah contoh pertanyaan-pertanyaan pada diri remaja. Sebenarnya yang disebut ”normal” atau ”ideal” itu ukurannya apa? Dan siapa yang berhak untuk ngasih batasan? Asal kita tahu, citra diri kita termasuk citra pribadi  kita enggak dinilai dari hal ini. Namun menyangkut perilaku positif dan bertanggung jawab di mana aspek biologis (perasaan suka dan disukai)), aspek psikologis (menggunakan perasaan dan pikiran), dan aspek sosial di mana norma-norma yang ada ikut memengaruhi dalam satu kesatuan. Setiap orang adalah unik. Spesial atau enggaknya bukan ditentukan oleh bentuk dan ukuran tubuh yang kita miliki. Namun menyangkut perilaku yang kita tunjukkan dan bagaimana kita menempatkannya.

Putuskan untuk menunggu
Kita semua pasti sudah tahu konsekuensi yang kita tanggung kalau melakukan hubungan seks sebelum nikah. Dalam keyakinan apa pun hal ini merupakan perbuatan dosa dan bisa menimbulkan kehamilan di luar nikah. Sementara jika dilihat secara biologis, psikologis, sosial, dan ekonomi hampir dipastikan seusia kita belum siap menjadi ayah dan ibu. Apalagi jika dilakukan secara enggak aman, maka akan berpotensi terhadap penularan HIV/AIDS dan infeksi menular seksual (IMS) lainnya. Dalam pertemanan atau di lingkungan kita pun bisa menjadi enggak percaya diri (pe-de) lagi dalam pergaulan. Perlu juga dipikirkan, bagaimana dengan kesempatan untuk sekolah atau berkarier demi masa depan kita? Coba renungkan, betapa banyak konsekuensi yang harus kita tanggung.
Sementara jika kita menunda hubungan seks hingga saat yang sah (dalam perkawinan), kita dapat menghitung keuntungan-keuntungan yang bisa didapat.

(1) Kesempatan untuk menikmati hidup dan merencanakan masa depan
Dengan menunda hubungan seks memberikan kita lebih banyak waktu untuk menikmati hidup, bermain bersama teman-teman, belajar tentang mengenal lawan jenis, belajar tentang menyiapkan diri untuk pernikahan, dan dapat menyiapkan diri untuk meraih masa depan yang baik.

(2) Terhindar dari stres
Tentu saja. Kita enggak perlu stres setiap hari memikirkan apakah pacar kita akan hamil atau enggak. Kita enggak perlu memikirkan bagaimana kalau kita enggak perawan lagi. Atau enggak perlu memikirkan apakah kita terkena HIV/AIDS serta infeksi menular seksual lainnya.

(3) Lebih percaya diri (pe-de)
Kita lebih yakin dengan konsep diri kita. Bangga dan menjadi percaya diri. Dengan memandang diri lebih positif akan membantu kita untuk memandang orang lain secara positif, termasuk hubungan yang kita bangun. Kita menjadi percaya diri karena melakukan hal-hal positif dan merasakan kebahagiaan dan kepuasan hidup.

(4) Membuat hidup lebih sehat
Menunda hubungan seks menghindari risiko penyakit dan kerusakan terhadap tubuh kita. Kita dapat menjaga tubuh kita dan orang lain dari penyakit dan kerusakan. Jadi, kalau tubuh sehat kita dapat melakukan aktivitas secara baik dan menyenangkan.
Jawa Pos, menuliskan bahwa salah satu sebab kanker serviks pada wanita adalah karena menikah diusia dibawah 18 tahun. Usia kalian baru 12-15 tahun, jadi sepantasnyalah kalau belajar untuk meraih cita-cita, hidup berprestasi dalam menyongsong masa depan adalah yang utama bagi remaja. Itu sebabnya mengapa menunda hubungan seks kita katakan sebagai sebuah pilihan smart.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar