Bedanya sama rasa takut biasa adalah, hal yang ditakuti sebenarnya nggak menyeramkan untuk sebagain besar orang. Contohnya Rachel Green dalam serial Friends. Tokoh yang di perankan Jennifer Anniston ini ceritanya selalu ngejauhin ayunan karena waktu kecil, rambutnya pernah nyangkut di rantai pegangannya.
Kalo udah parah, penderitanya bisa terserang panik saat ngeliat hal yang dia takutin. Sesak nafas, deg-degan, keringat dingin, gemetaran, bahkan sampe nggak bisa menggerakkan badannya.
Dunia Psikologi ingin sedikit membahas mengenai pengertian phobia. Phobia merupakan suatu mekanisme pelarian diri dari konflik-konflik bathiniah dari jiwa seseorang. Mungkin ada sekitar 80 atau bahkan 100 macam phobia yang dikenal orang sekarang. Phobia- phobia itu menyebabkan timbulnya ketakutan yang absurd dan tak masuk akal. Biasanya phobia-phobia tersebut berhubungan dengan pengalaman-pengalaman yang terpendam, yang ditekan dalam-dalam dan dilupakan.
Phobia-phobia itu dipandang sebagai emosi-emosi substitusi dan seringkali disebut neurosis yang ditekan (repressed neuroses). Ketakutan itu menimbulkan sesuatu hal yang tak menyenangkan dan telah ditekan dalam lubuk jiwa kita. Dengan kata lain phobia itu punya fungsi tertentu, yakni menyembunyikan atau mengalihkan suatu rasa takut yang seluruhnya berbeda yaitu rasa takut yang pernah sangat menyakitkan kesadaran kita. Jadi phobia merupakan suatu pelarian diri dari sejumlah konflik psikis dari dalam diri kita. Rasa takut akan guruh dan halilintar mungkin dapat menunjukkan adanya ketakutan pada suara ayah yang galak dan suka marah-marah.
Ketakutan-ketakutan atau distorsi emosional itu dapat ditelusuri kembali kedalam pengalaman-pengalaman semasa kecil kita yang telah terpendam. Pengalaman-pengalaman yang ditekan ini menimbulkan kecemasan kronis dan tekanan batin yang hebat. Kecemasan tersebut disalurkan melalui saluran-saluran fisik dan pada waktunya nanti akan semakin memperburuk phobia- nya. Jika sudah terjadi seperti itu maka ‘lingkaran setan’ terus muncul tanpa berkesudahan.Yang akhirnya akan membuat anda terus menerus ‘sakit’.
Jenis phobia pun macam-macam, ada yang takut ketinggian, takut gelap, takut naik lift, takut naik pesawat terbang, dll. Untuk dua kasus terakhir di atas, ada seorang ibu yang menderitanya sekaligus. Ketika suaminya dirawat di rumah sakit, tepatnya di lantai 9, si ibu pun nggak bisa jenguk karena nggak berani naik lift. Ia juga masih menunda kepergiannya untuk menunaikan ibadah Haji karena nggak berani naik pesawat terbang!
Johnny Depp dan P. Diddy juga ternyata menderita coulrophobia alias takut sama badut. Sedangkan mantan suami Angelina Jolie, Billy Bob Thornton takut sama mebel antik! Aneh kan?! Karena sifatnya yang nggak rasional itu, dunia medis menganggap phobia sebagai gangguan psikologis. Dan penelitian memang membuktikan bahwa phobia termasuk salah satu bentuk gangguan kejiwaan yang paling sering ditemui di masyarakat dan merupakan gangguan psikologis terbesar ketiga setelah depresi dan kecanduan alkohol.
Sumber :
jenis phobia
Tadi pagi saya buka koran Jawa Post ada sebuah ulasan mengenai phobia. Saya kok rasanya kenal dengan model-nya, setelah saya baca ternyata Yu-Chenk (Ayu Vidia) teman sewaktu kuliah. Saya baru tahu kalau Ayu phobia pada buah pisang, padahal kedengarannya konyol dan remeh temeh,tapi jika dipaksa ia akan pingsan. Yang anehnya ia tidak tahu apa penyebab phobia-nya.
Phobia pasti ada penyebabnya, seperti kenangan yang tidak mengenakkan atau hanya sekedar bayangan ngeri terhadap suatu phobia tersebut. Ada juga phobia remeh temeh lain: phobia buah rambutan, karet gelang, kancing baju. Memang satu-satunya cara menghilangkan phobia adalah melawan phobia itu.
Dulu saya phobia pada kereta api terutama lintasan kereta api. Setiap sebelum melewati lintasan apalagi saat rambu-rambu kereta menyala, bukan main takutnya. Yang menyebabkan saya takut karena dua kali saya tepat diatas lintasan kereta, rambu-rambu menyala ditambah lagi saya melihat lampu kereta hampir dekat dan palang lintasan dua arah mulai menutup. Dan phobia itu hilang karena terpaksa setiap dua hari sekali harus melewati lintasan kereta untuk ke suatu tempat. Tuntutan Tugas Akhir. (Tapi perasaan saya peka terhadap lintasan KA, dalam jarak beberapa meter saya menebak ’akan ada KA lewat’. Dan benar, belum saya melewati lintasan, rambu KA menyala. Atau ini ada hubungan dengan Intuisi?)
Phobia yang lain ke Dokter Gigi. Saya paling takut jika ke dokter gigi, ngeri melihat kursi di ruang praktek dokter gigi. Pikiran ngelantur kemana-mana begitu melihat kursi penyiksaan di ruang praktek dokter gigi (ini karena nonton film final destination2).
(Sedikit informasi, pertama kali karang gigi dibersihkan sebelum dibehel dokter saya sampai komentar, “Jangan tegang, rilex saja. Mengawat gigi adalah pekerjaan yang menyenangkan, nggak se-ngeri cabut gigi”. Itu kan karena sudah profesi dokter... saya-kan pasien apalagi baru pertama kali ya jelas ngeri, plus phobia...) Tapi setelah gigi saya dibehel, ke dokter gigi adalah kegiatan paling menyenangkan! ^___^
Dan beberapa phobia remeh temeh lainnya. Phobia ketinggian dan sayur terong. Tapi dua phobia tersebut sudah sembuh sekarang, karena saya lawan...
Cuma satu phobia yang belum sembuh. Phobia tempat gelap! Saya baru menyadarinya beberapa tahun terakhir. Apa lagi gelap yang tiba-tiba seperti mati lampu. Jika mati lampu saya pasti teriak-teriak. Pernah suatu saat mati lampu dan saya di rumah sendirian. Mau teriak panggil orang tapi tak ada orang di rumah. Akhirnya pikiran ngelantur kemana-mana: bagaimana kalau tiba-tiba ada setan di depan saya (ini karena khayalan saya tinggi setelah mendengar pengalaman teman saat mati lampu ada sosok wanita mengerikan berdiri tepat di hadapannya), bagaimana kalau ada orang yang masuk ke dalam rumah saat rumah gelap gulita (ini karena terlalu sering nonton film triler), jangan-jangan mati lampu karena ulah rampok (ini terlalu ’Lebay’), dsb. Saya kepikiran untuk jalan pelan-pelan ke dalam kamar mengambil HP untuk penerangan, untung akhirnya tak lama kemudian lampu menyala. Langsung saya dekap emergency light, jaga-jaga kalau mati lampu lagi. Padahal hanya mati lampu sekejap, tapi nafas saya sesak dan rasanya sakit setiap menarik nafas. Phobia gelap, bagaimana cara menyembuhkannya?
Dulu saya phobia pada kereta api terutama lintasan kereta api. Setiap sebelum melewati lintasan apalagi saat rambu-rambu kereta menyala, bukan main takutnya. Yang menyebabkan saya takut karena dua kali saya tepat diatas lintasan kereta, rambu-rambu menyala ditambah lagi saya melihat lampu kereta hampir dekat dan palang lintasan dua arah mulai menutup. Dan phobia itu hilang karena terpaksa setiap dua hari sekali harus melewati lintasan kereta untuk ke suatu tempat. Tuntutan Tugas Akhir. (Tapi perasaan saya peka terhadap lintasan KA, dalam jarak beberapa meter saya menebak ’akan ada KA lewat’. Dan benar, belum saya melewati lintasan, rambu KA menyala. Atau ini ada hubungan dengan Intuisi?)
Phobia yang lain ke Dokter Gigi. Saya paling takut jika ke dokter gigi, ngeri melihat kursi di ruang praktek dokter gigi. Pikiran ngelantur kemana-mana begitu melihat kursi penyiksaan di ruang praktek dokter gigi (ini karena nonton film final destination2).
(Sedikit informasi, pertama kali karang gigi dibersihkan sebelum dibehel dokter saya sampai komentar, “Jangan tegang, rilex saja. Mengawat gigi adalah pekerjaan yang menyenangkan, nggak se-ngeri cabut gigi”. Itu kan karena sudah profesi dokter... saya-kan pasien apalagi baru pertama kali ya jelas ngeri, plus phobia...) Tapi setelah gigi saya dibehel, ke dokter gigi adalah kegiatan paling menyenangkan! ^___^
Dan beberapa phobia remeh temeh lainnya. Phobia ketinggian dan sayur terong. Tapi dua phobia tersebut sudah sembuh sekarang, karena saya lawan...
Cuma satu phobia yang belum sembuh. Phobia tempat gelap! Saya baru menyadarinya beberapa tahun terakhir. Apa lagi gelap yang tiba-tiba seperti mati lampu. Jika mati lampu saya pasti teriak-teriak. Pernah suatu saat mati lampu dan saya di rumah sendirian. Mau teriak panggil orang tapi tak ada orang di rumah. Akhirnya pikiran ngelantur kemana-mana: bagaimana kalau tiba-tiba ada setan di depan saya (ini karena khayalan saya tinggi setelah mendengar pengalaman teman saat mati lampu ada sosok wanita mengerikan berdiri tepat di hadapannya), bagaimana kalau ada orang yang masuk ke dalam rumah saat rumah gelap gulita (ini karena terlalu sering nonton film triler), jangan-jangan mati lampu karena ulah rampok (ini terlalu ’Lebay’), dsb. Saya kepikiran untuk jalan pelan-pelan ke dalam kamar mengambil HP untuk penerangan, untung akhirnya tak lama kemudian lampu menyala. Langsung saya dekap emergency light, jaga-jaga kalau mati lampu lagi. Padahal hanya mati lampu sekejap, tapi nafas saya sesak dan rasanya sakit setiap menarik nafas. Phobia gelap, bagaimana cara menyembuhkannya?
Sumber :
http://debolokurowo.blogspot.com/2009/03/phobia.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar