Minggu, 17 Maret 2013

Salah Nalar


Salah Nalar

Materi untuk tugas softskill kali ini adalah tentang Salah Nalar. Ada dua kata yaitu Salah dan Nalar. Salah bisa berarti keliru atau tidak benar dan Nalar adalah suatu gagasan atau proses berpikir manusia untuk menghubungkan data atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatu kesimpulan. Jadi jika kedua kata ini disambung, maka Salah nalar (reasioning atau logical fallacy) dapat diartikan sebagai gagasan, perkiraan, kepercayaan, atau kesimpulan yang keliru.

Untuk Mahasiswa, Matematika merupakan mata kuliah yang terpenting. Tanpa menguasai Matematika mahasiswa tidak mungkin menguasai mata kuliah lain, akuntansi misalnya, dengan baik. Pernyataan tersebut tidak tepat. Matematika bukanlah tolok ukur mahasiswa bisa menguasai matakuliah lain atau tidak.

Salah Nalar terjadi karena ada kesalahan pada cara penarikan kesimpulan. Kesalahan ini bisa terjadi secara tidak sadar karena kelelahan atau memang karena kondisi mental yang kurang menyenangkan. Ada juga kesalahan yang terjadi karena ketidaktahuan.

Berikut akan kami jelaskan mengenai macam-macam salah nalar :

1. Deduksi yang salah : kesimpulan yang salah dalam silogisme yang salah satu premisnya tidak memenuhi syarat. Kesimpulan yang salahakan mengarahkan seseorang untuk mengumpulkan fakta yang salah. Akibatnya tulisan yang disusun pasti salah pula. Misalnya: Pengiriman manusia ke bulan hanya penghamburan. ( Premisnya: Semua eksperimen ke angkasa luar hanya penghamburan).
Kalau Listrik masuk desa, rakyat di daerah itu menjadi cerdas
Semua gelas akan pecah bila dipukul dengan batu

2. Generalisasi yang terlalu luas : disebut juga induksi yang salah karena jumlah percontohannya tidak memadai.
Misalnya : Orang Indonesia malas tetapi ramah. (Orang Indonesia ada   yang malas dan ada juga yang tidak ramah).  
Setiap orang yang telah mengikuti Seminar P4 akan menjadi manusia Pancasilais sejati

3. Pemikiran “Atau ini” dan “Atau itu” : berpangkal pada keinginan untuk melihat masalah yang rumit dari dua sudut pandang saja.
Misalnya : Petani harus bersekolah supaya terampil. (Apakah untuk   menjadi terampil kita selalu harus bersekolah?)

4. Salah nilai atas penyebab : generalisasi induktif disusun berdasarkan pengamatan sebab dan akibat, tapi kita kadang tidak menilai sebab suatu peristiwa atau hasil dengan teliti.
Misalnya : Swie King jadi juara karena doa kita. (Lawan Swie King tentu   juga didoakan para pendukungnya).

5. Analogi yang salah : analogi adalah usaha perbandingan dan merupakan upaya yang berguna untuk mengembangkan perenggang. Akan tetapi analogi tidak membuktikan apa-apa dan analogi yang salah dapat mnyesatkan logika. Misalnya : Rektor harus memimpin universitas seperti jenderal memimpin divisi. (Universitas itu bukan tentara dengan disiplin tentara).
Andi adalah lulusan Universitas Trisakti namun ia tidak dapat menyelesaikan tugas kantornya dengan baik.

6. Penyampaian masalah : penilaian terhadap suatu masalah bisa mengandung salah nalar apabila dilatorbelakangi oleh suatu sikap penolakan terhadap pendapat lain namun tanpa didukung oleh argumentasi yang logis. Misalnya : Program Keluarga Berencana tidak perlu karena tanah di Kalimantan masih kosong (Manusia tidak bisa hidup dengan hanya memiliki tanah).

7. Pembenaran masalah lewat pokok sampingan : salah nalar muncul jika argumentasi menggunakan pokok-pokok pikiran yang tidak langsung atau hal yang remeh temeh untuk membenarkan pendiriannya. Misalnya : Saya boleh berkorupsi karena orang lain berkorupsi juga. (Korupsi dihalalkan karena banyaknya korupsi dimana-mana).

8. Argumentasi Ad Hominem : terjadi jika kita dalam argumentasi melawan orangnya buka masalahnya. Misalnya: Ia tidak mungkin pemimpin yang baik karena kekayaannya berlimpah. (Yang dipersoalkan bukan kepemimpinannya)

9. Imbauan pada keahlian yang patut disangsikan : jika wartawan menemukan narasumber yang mengandalkan pihak lain untuk membenarkan pendapatnya sendiri.
Misalnya : kita mengutip pendapat bintang film tentang pengembangan demokrasi

10. Non sequitur : salah nalar ini mengambil kesimpulan berdasar premis yang tidak ada sangkut pautnya.
Misalnya : Partai Rakyat Madani paling banyak cendekiawannya; karena itu usul-usulnya paling bermutu. (Tidak ada korelasi antara kecendekiaan dan kepandaian merumuskan usul).

Sumber :
http://kuliahbahasaindonesia.blogspot.com/2009/12/penyebab-salah-nalar.html  11/3/2013

Nama Kelompok :
  1. Mirnawati / Npm :  14210418
  1. Magdalena Elistika NB / Npm :14210172

Tidak ada komentar:

Posting Komentar